Bismillaahirrahmaanirrahiim.
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Setiap Muslim pasti menginginkan menjadi hamba yang shaleh. Bahkan, sesudah kita berwudhu untuk menghadap dan berdialog dengan Allah (shalat), kita disunahkan berdoa kepada-Nya. Salah satu doa tersebut adalah “dan jadikanlah aku termasuk kelompok hamba-Mu yang shaleh”. Jangankan sebagai manusia biasa, Nabi Ibrahim AS pun berdoa: “Ya Tuhanku, berikanlah kepadaku hikmah dan masukkanlah aku ke dalam golongan orang-orang yang saleh.” (QS Asy-Syu’ara (26) : 83).
Untuk menjadi hamba yang shaleh, perlu diketahui kriteria hamba-hamba yang shaleh tersebut. Dengan memahami kriteria tersebut, diharapkan kita berupaya untuk melakukannya sehingga di hadapan Allah kita termasuk dalam golongan hamba-hamba yang shaleh.
Adapun kriteria hamba yang shaleh, disebutkan oleh Allah dalam Al Quran surah Ali Imran [3] ayat 113-114. Dalam ayat ini, disebutkan tujuh kriteria hamba yang shaleh.
Pertama, orang yang berlaku lurus (memiliki karakter istikhamah). Yakni, teguh pendirian, konsisten, dan komitmen dalam meyakini dan melakukan kebenaran.
Kedua, senantiasa membaca ayat-ayat Allah, baik yang qauliyah (naqliyah), maupun ayat-ayat kauniyah (aqliyah).
Ketiga, mereka yang senantiasa sujud di tengah keheningan malam, dengan melaksanakan shalat malam.
Keempat, beriman kepada Allah. Setiap perbuatan dan tingkah lakunya dilandasi dengan zikir (ingat) Allah. Dengan demikian, zikir itu akan menjadi alat kontrol dan stabilitator baginya dari berbagai kemaksiatan dan dosa.
Kelima, beriman kepada hari akhir. Kehidupannya senantiasa beroritenasi akhirat dan jangka panjang. Ia mengisi waktunya dengan kegiatan positif yang bernilai ibadah.
Keenam, mengajak orang lain untuk berbuat baik dan menghindari kejahatan atau kemaksiatan. Ia harus menjadi teladan, sehingga orang lain bisa mengikutinya.
Ketujuh, bersegera melakuan kegiatan positif. Hamba yang shaleh tersebut senantiasa berlomba-lomba melakukan kebaikan yang dilandasi dengan keikhlasan karena untuk Allah SWT.
Tujuh karakter di atas merupakan karakter hamba yang shaleh. Dari ayat ini pula dapat disimpulkan bahwa keshalehan tersebut mencakup dua hal, yaitu keshalehan ritual dan keshalehan sosial.
Wallahu a'lam.
(Oleh : Muhammad Kosim MA)