Bismillaahirrahmaanirrahiim.
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Hampir dipastikan, kita semua tidak pernah bisa meraba bagaimana rupa takdir kita ke depan. Segala sesuatunya adalah misteri bagi kita. Acap kali kejadian dan semua peristiwa terjadi begitu saja tanpa bisa direkayasa. Terkadang kita juga tidak berkuasa dengan amalan kita sendiri.
Kegagalan, kesuksesan, kaya miskin, antara kehidupan dan kematian adalah mutlak milik Allah. Bahkan, di beberapa ayat diinformasikan, salah satunya dalam QS ash-Shaaffat, [37]: 96, bahwa kita dan semua amalan kita Allah-lah pembuat skenarionya, “Wallahu khalaqakum wa maa ta’maluun”.
Meski pembuat skenario semuanya adalah Allah SWT, tapi hal yang tidak bisa dinapikan adalah bahwa banyak amalan yang bisa menentukan arah keberpihakan takdir-Nya. Pertama, doa. Sebuah hadis, Laa yaruddul qadhaa-a illa biddu’a, tidak ada yang dapat menolak takdir kecuali doa. Jika kita menghendaki kegagalan beralih kepada kesuksesan, maka ubahlah di antaranya dengan doa. Kenapa? Karena Allah sangat mencintai hamba-Nya yang banyak minta kepada-Nya.
Dalam hadis lain disebutkan, “Innallaaha yuhibul mulihhiina biddu’a.” Karena Allah mencintai hamba-Nya, maka akan mudah bagi-Nya mengubah apa pun dari semua ciptaan-Nya. Cukup dengan mengatakan, “Jadilah!” Maka, “Terjadilah.” (QS Yaasiin [36]: 82).
Ketahuilah, doa telah terbukti menjadi senjata yang cukup menentukan bagi orang-orang yang beriman. Sabda Nabi SAW, “ad-Du’au silahul mu’miniin.” Doa adalah senjata orang yang beriman. Di antara petikan sejarah yang mampir di telinga kita adalah cerita keajaiban senjata doa Ibrahim ‘alaihis salam ketika dipanggang di api unggun raksasa. Saat itu Raja Namrudz memerintahkan punggawa kerajaan untuk mengumpulkan kayu bakar dan disulutkan api raksasa.
Lalu Ibrahim diletakkan di atasnya. Saat itu Ibrahim seorang hamba pilihan-Nya yang memiliki sebuah keyakinan dan kepasrahan total kepada Sang Khalik sudah tidak memiliki daya apa pun kecuali senjata doa. Tidak lama, Allah pun kemudian menghadirkan takdir lain dari api, yaitu dingin dan turut membantu menyelamatkan Ibrahim as. “Hai api, jadilah dingin dan selamatkan Ibrahim.” (QS al-Anbiyaa (21): 69).
Kekuatan doa itu pula yang dibuktikan oleh Nabi Musa dan para pengikutnya ketika mereka terdesak di Laut Merah saat dikejar oleh pasukan Firaun. Hukum alam air yang tidak mungkin terbelah dan terpisah, ternyata kala itu tidak berfungsi. Bersamaan dengan doa, air membelah dirinya dan mempersilahkan Musa dan pengikutnya lewat. Musa pun selamat, justru Firaun dan semua pasukannya terkubur di dasar Lautan Merah.
Allahu akbar, doa adalah sebuah kekuatan (the power). Bahkan, dalam doa berhimpun berbagai kekuatan untuk menghadirkan puncak harapan setiap hamba.” Jika hamba-Ku bertanya tentang Aku, sungguh Aku teramat dekat. Aku akan memenuhi permintaanmu jika kamu memohon (berdoa) dan beriman kepada-Ku” (QS al-Baqarah (2): 186).
Wallahu a’lam.
(Oleh: Ustadz Muhammad Arifin Ilham)