Bukalah jendela hatimu, biarkan cahaya Ilahi menerpa seluruh sudut
kehidupanmu. Engkau bersuka cita di bawah semburat cahaya mentari.
Rumahmu, tempat engkau tinggal, bukanlah kuburan kelompok tertentu.
Indah bangunannya, mahal harganya, luas tempatnya, tetapi hanya sekadar
membungkus seonggok daging dan tulang, baunya busuk, keabadiannya sirna,
peti yang kukuh semakin rapuh, dan kemudian berdebu, lalu tubuhmu
sirna.
Rumahmu yang sebenarnya bukanlah wujud keindahan yang hanya bisa
dipandang dengan mata telanjang. Rumahmu adalah jiwamu yang wibawanya
kau pantulkan dari cara memandang dengan mata hatimu yang memancarkan
rasa iba kepada saudara-saudaramu.
Sukma tak akan pernah sirna, tetapi menjulang ke langit, karena di
sanalah ia berawal. Sedangkan raga yang kosong dari cinta dan diliputi
keserakahan akan tenggelam memasuki tanah-tanah busuk yang hitam
berlumpur, bergabung dengan rayap yang bersembunyi dalam kegelapan.
Sebab itu, hiasilah rumahmu dengan roh yang memancarkan kemuliaan
akhlak. Poleskan cahaya persaudaraan penuh cinta. Karena kelak, para
penduduk di rumahmu akan bergabung di surga Aden. Mereka saling bertegur
sapa dalam damai. Duduk bertelekan bangku-bangku panjang, dibalur
wewangian bunga-bunga teratai yang tak pernah layu, wanginya membuat
seluruh anggota keluargamu terbang menari dengan sayap-sayap para
malaikat. Zikir dan rintihan harapan yang kau gemakan selama hidupmu
akan berubah menjadi musik surgawi yang memeluk kemesraan. Itulah hari
yang dijanjikan, suatu perhelatan reuni abadi yang diperuntukkan bagi
mereka yang hatinya dipenuhi tamu-tamu cinta. (QS [13]: 23).
Akhlak para penghuni rumah yang senantiasa membuka mata hati
melebarkan jiwa kedermawanan, akan menjadi gelas-gelas berisi penuh air
mahabbah (cinta). Rumahmu adalah miniatur dari rumah keabadian. Rumah
yang para penghuninya merasa damai sejahtera berlimpah cinta, itulah
surga. Baiti jannati-(rumahku surgaku).
Rumah bukan hanya sekadar berteduh. Ia adalah pelabuhan hati, di mana
para pengembara akan berangkat dan berlabuh melepas desah lelah
perantauannya. Ia adalah saksi bisu yang merekam keluh kesah para
penghuninya. Jadikanlah shalat adalah tiangnya, zikir sebagai
fondasinya, dan bacaan Al Quran adalah cahaya yang akan menerangi setiap
pori-pori para penghuninya.
Inilah cara dan ciri orang-orang mukmin menjawab seruan Ilahi. “Quu
anfusakum wa ahlikum naran.” Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api
neraka.” (QS at-Tahrim [66]: 6).
Dalam badai kehidupan yang bertuhankan materi, masyarakat dajjalis
yang kehilangan hidayah Ilahi. Masyarakat yang dilanda oleh defisit
kejujuran dan inflasi kebohongan. Benteng terakhir yang tidak boleh
runtuh adalah rumah.
Maka, jadikanlah rumahmu sebagai madrasah rohaniah yang akan
melahirkan generasi baru pewaris cita-cita risalah. Generasi Rabbaniyah,
generasi yang menjunjung akhlakul karimah. Bertindak cerdas penuh
integritas dan tangkas menundukkan dunianya. Generasi yang mampu
menancapkan panji-panji keteladanan. Menyuntikkan serum kejujuran dan
menggapai bintang-bintang prestasi. Ini semua diawali dari rumah.
Wallahu a’lam.
(Oleh: Ustadz Toto Tasmara)
Title : Rumah Sebagai Madrasah Rohaniah
Description : Bukalah jendela hatimu, biarkan cahaya Ilahi menerpa seluruh sudut kehidupanmu. Engkau bersuka cita di bawah semburat cahaya mentari. ...