”Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.” (QS.103:1-3)
Semua karunia Allah SWT yang diberikan kepada manusia berbeda satu sama lain, kecuali waktu. Apapun kedudukan, warna kulit, suku bangsa, agama, budaya dan seterusnya, waktu yang dimiliki sama.
Yakni satu menit 60 detik, satu jam 60 menit, satu hari 24 jam, satu minggu tujuh hari, satu bulan 30 atau 31 hari, dan satu tahun 365 hari (untuk hitungan Qomariyah ada selish 11 hari).
Barangkali, waktu adalah karunia Allah SWT yang paling mahal dan unik. Ia tak tersentuh indra, datang sesuai sunnatullah, tak pernah berhenti dan jika berlalu tidak pernah kembali.
Jika kehilangan waktu, ia tak bisa tergantikan dengan apapun. Pepatah Arab menyebutkan : “al waqtu ka al-saif, in lam taqtho’hu qoto’aka (waktu itu laksana pedang, jika kau tak menggunakannnya, maka ia akan memenggalmu)”.
Begitu pentingnnya, Allah SWT pun bersumpah atas nama waktu agar kita selalu ingat dalam setiap rangkaian waktu melalui shalat fardhu dan sunnah.
Demi waktu fajar (89:1). Demi waktu shubuh (81:18). Demi waktu dhuha (93:1). Demi waktu siang (91:3). Demi waktu ashar (103:1). Demi waktu malam (92:1).
Pada sepertiga malam untuk tahajjud (17:79), hingga waktu sahur sebelum fajar agar istighfar (3:17). Kita hanya punya satu pilihan yakni lebih baik. Artinya harus ada gerak, perubahan, kemajuan dan dinamika (hijrah).
Dalam Hadits riwayat oleh Imam al-Bayhaqi dan Ibnu Mubarok, Nabi Muhammad SAW. menyuruh kita menggunakan kesempatan untuk melakukan kebaikan. Ightanim khamsan qabla khamsin (manfaatkanlah lima kesempatan sebelum lima kesempitan.
Pertama ; syabaabaka qobla haromika (masa muda sebelum tuamu). Banyak yang bisa dilakukan ketika usia muda, tenaga masih kuat, semangat dan cita-cita tinggi. Masa tua seseorang bisa diprediksi dari keadaannya di waktu muda.
Allah SWT sangat kagum melihat seorang pemuda yang taat di tengah berbagai godaan syahwat duniawi, sehingga dapat perlindungan di Hari Akhir (HR. Muttafaq ‘alaih).
Mumpung masih muda bisa ibadah sempurna, belajar yang giat, berbakti kepada orang tua, dan seterusnya. Kalau sudah tua semua menjadi terbatas.
Kedua ; shihhataka qobla saqomika (masa sehat sebelum sakitmu). Nabi SAW. juga pernah mengingatkan nikmat yang seringkali melalaikan manusia adalah kesehatan. Selagi sehat banyak kebaikan yang bisa dikerjakan. Tapi kesehatan pula yang menjerumuskan kita dalam keburukan.
Misalnya, makan tidak proporsional dan kerja tak kenal batas waktu. Selagi sehat lakukan kebaikan, karena jika sudah sakit tak bisa berbuat banyak lagi, bahkan menjadi beban bagi orang lain.
Mumpung masih sehat, berjamaahlah ke masjid, kerja yang sungguh-sungguh, tunaikan kewajiban kepada Allah SWT., orang tua dan sesama.
Ketiga ; ghinaaka qobla faqrika (masa kaya sebelum fakirmu). Orang miskin bisa menjadi kaya dan orang kaya juga bisa miskin. Tidak semua orang diberi kesempatan kaya. Selagi kaya dan berkuasa, gunakan untuk kemaslahatan agama dan umat.
Banyak orang kaya tapi sedikit yang dermawan. Bukan kaya-nya yang penting, tapi kedermawanannya. Orang kaya bisa miskin dalam sekejap, tapi orang dermawan akan selalu kaya.
Kita patut iri kepada orang kaya yang dermawan. Mumpung masih kaya dan berkuasa, berkaryalah. Jangan sampai jatuh miskin atau tak berkuasa lagi, baru ingin berbuat baik. Terlambat !
Keempat ; farooghoka qobla syughlika (masa luang sebelum sibukmu). Masa luang juga adalah karunia Allah SWT yang sering melalaikan manusia, sehingga terjerumus kepada kemaksiatan.
Ada saatnya kita punya waktu luang yang bisa digunakan untuk melakukan kebaikan. Berkumpul dengan keluarga, orang tua, berjamaah di masjid dan mengunjungi orang-orang terlantar.
Artinya, waktu luang harus bermanfaat bagi kebaikan diri, keluarga dan masyarakat. Karena, jika datang masa sibuk, ketemu anak dan istri pun tak sempat, apalagi shalat berjamaah ke masjid. Hidup seperti mesin, terjebak pada rutinitas yang menjenuhkan.
Kelima ; hayaataka qobla mawtika (masa hidup sebelum matimu). Penutup dari kelima kesempatan ini adalah hidup dan mati. Selagi masih hidup, gunakanlah untuk menebar kebaikan. Hidup di dunia ini hanya sementara, laksana seorang musafir yang beristirahat di bawah pohon rindang.
Perjalanan akan dilanjutkan kembali. Kematian adalah akhir kehidupan menuju hidup abadi. Kematian begitu dekat dan datang tiba-tiba, seakan tak memberi isyarat.
Tinggal menunggu waktu (ajal). Iman dan amal saleh menjadi bekal, agar mati dalam kebaikan (husnul khatimah).
(Oleh:
Ustadz Hasan Basri Tanjung MA)