Suasana hari raya Idul Fitri masih menyelimuti kita. Kebahagiaan dan
kegembiraan masih lekat terasa karena setiap muslim merasakan limpahan
karunia dan rahmat Allah SWT. Seandainya bukan karena kewajiban untuk
masuk kerja, maka suasana tersebut masih berlangsung sebab manusia
memiliki kecenderungan untuk memperpanjang masa bahagia.
Namun
telah menjadi fenomena umum jika Ramadhan berlalu, maka ketaatan di
dalam menjalankan ibadah dan aneka kebajikan menjadi menurun dan
melemah. Jumlah jemaah shalat lima waktu dipastikan drastis menurun.
Kesemarakan orang-orang dalam berinfak berkurang. Kelembutan hati dan
perilaku yang memancar di bulan Ramadhan menjadi sirna.
Padahal
kesemua kebiasaan baik tersebut tidak seharusnya hanya terjadi di bulan
Ramadhan. Idealnya kebiasaan baik Ramadhan mampu menghiasi 11 bulan lain
di luar Ramadhan, karena perintah shalat berjamaah, berinfak dan
berbuat kebajikan serta bersikap lemah lembut dengan sesama manusia
adalah akhlak Islam sepanjang zaman. Bahkan semua perilaku kebaikan
tersebut merupakan pemberian (minhah) dari Allah SWT guna
merepresentasikan diri seorang muslim sebagai hamba terpilih dan contoh
yang mudah bagi manusia di sekelilingnya.
Jika kita perdetail,
paling tidak terdapat empat kebiasaan (habit) kebajikan yang
ditinggalkan oleh madrasah ramadhan, yaitu: puasa di siang hari, shalat
sunah di malam hari, membaca Al-Qur'an di sela-sela puasa dan shalat
malam, serta mensegerakan diri dalam perbuatan kebajikan. Keempat
kebiasaan tersebut jika mampu diistiqamahkan di luar Ramadhan, niscaya
akan menjadi akhlak kaum muslim sepanjang zaman.
Allah SWT
berfirman: "Sesungguhnya orang-orang yang berkata: "Tuhan kami adalah
Allah" kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka
malaikat-malaikat akan turun kepada mereka (dengan berkata), "Janganlah
kalian merasa takut dan bersedih hati; dan bergembiralah dengan
(memperoleh) surga yang telah dijanjikan kepadamu." (QS. Fussilat: 30).
Mengapa istiqamah dalam beribadah pasca-Ramadhan itu penting?
Pertama,
karena kelanggengan memerlukan kesungguhan, ketekunan dan kesabaran.
Dan ketiga unsur tersebut merupakan profil terpuji seorang muslim.
Aisyah RA berkata : "Di dalam melakukan shalat, Nabi SAW menggemari
untuk menunaikannya dengan langgeng, sehingga bila kantuk menguasainya
atau karena sakit hingga tidak dapat bangun malam, maka beliau
melaksanakan shalat di siang hari sebanyak dua belas rakaat." (HR.
Muslim).
Kedua, keistiqamahan yang panjang akan memberikan hasil
yang besar dan luar biasa, tanpa tersadari secara langsung oleh
pelakunya dan keistiqamahan tersebut tetap berpahala pada saat yang
bersangkutan udzur sakit atau bepergian.
Rasulullah Saw bersabda:
“Jika seseorang sakit atau melakukan perjalanan, maka dia akan dicatat
melakukan amalan sebagaimana amalan rutin yang dia lakukan ketika
bermuqim (tidak bepergian) dan dalam keadaan sehat." (HR. Bukhari).
Ketiga,
keistiqamahan menunjukkan kuatnya iman seseorang dan menjauhkan diri
dari virus jenuh beramal. Rasulullah SAW bersabda: ”Setiap amal itu
pasti ada masa semangatnya. Dan setiap masa semangat itu pasti ada masa
futur (malasnya). Barangsiapa yang kemalasannya masih dalam sunnah
(petunjuk) Nabi SAW, maka dia berada dalam petunjuk. Namun barangsiapa
yang keluar dari petunjuk tersebut, sungguh dia telah menyimpang." (HR.
Tabrani).
Inilah pentingnya Istiqamah ibadah di luar Ramadhan
yang dengannya sesungguhnya setiap pribadi sedang menapaki jalan
orang-orang saleh yang akan membimbingnya pada penghapusan dosa dan
lebih mendekatkannya kepada Allah SWT.
Wallahu A'lam.
(Oleh
: Dr Muhammad Hariyadi MA)
Title : Istiqamah Ibadah Pasca-Ramadhan
Description : Suasana hari raya Idul Fitri masih menyelimuti kita. Kebahagiaan dan kegembiraan masih lekat terasa karena setiap muslim merasakan lim...