Bismillahirrahmanirrahim.
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Allah SWT mengilhamkan kepada jiwa manusia dua jalan, kejahatan dan ketakwaan. ”Dan (demi) jiwa dan penyempurnaannya, maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya, sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.” (QS Asy-Syams [91]: 7-10).
Jiwa manusia laksana air. Akan tetap jernih apabila dirawat dan disucikan. Apa pun yang dimasukkan ke dalam air jernih, dengan mudah bisa dilihat dan dikenali. Namun, akan sulit melihat dan mengenali benda yang dimasukkan dalam air yang hitam pekat.
Jiwa manusia akan menjadi hitam jika kemaksiatan dan perbuatan dosa terus dilakukannya. Pada jiwa seperti ini, penyakit hati mulai menjangkiti. Iri, dengki, dan serakah mulai tumbuh. Jiwa ini sulit ditembus cahaya dan petunjuk Allah disebabkan pekatnya kotoran dosa. Akibatnya, jiwa tidak bisa membedakan lagi mana jalan yang diperintahkan dan jalan yang terlarang. Semua dianggapnya sama. Jalan kefasikan dinilainya tidak berdosa jika dilalui, sedangkan jalan kebaikan dinilainya sia-sia untuk dilakukan. Orang-orang yang berjiwa demikian tidak akan bisa merasakan keikhlasan, kesabaran, dan lapang dada.
Adapun jiwa yang dihiasi ketaatan serta amalan saleh akan menjadi lebih bersih, sehat, dan segar. Cahaya dan petunjuk Ilahi akan tembus meresap dan mengendap dalam relungnya. Jiwa ini akan lebih mudah membaca dan menyimpulkan setiap isyarat dihadapannya dan ayat alam di sekelilingnya. Ia punya prasangka baik (husnuzhan) kepada Allah, optimistis dan lapang dada.
Banyak jalan yang bisa ditempuh untuk membersihkan jiwa. Di antaranya dengan berzikir, membaca Al Quran, dan shalat. Dzikrullah yang dibarengi pengenalan tentang dzat Allah (ma’rifatullah) akan mengundang kepasrahan kepada Allah dan syariah-Nya, sehingga jiwa menjadi tenang (QS Ar-Ra’du [13]: 28), dan hatinya bergetar karena rasa takut dan berharap kepada-Nya (QS Al-Anfal [8]: 2).
Selanjutnya, membaca Al Quran yang disertai pendalaman kandungannya akan meningkatkan keimanan pembacanya dan menambah kecintaan kepada bacaan mulia ini. Juga, menjadi pendorong baginya untuk mencintai Dzat yang menurunkan kalam ini.
Adapun shalat merupakan bukti ketundukan seorang hamba kepada Khaliknya. Shalat mengantarkan pelakunya mampu menepis perbuatan keji dan mungkar (QS Al-Ankabut [29]: 45) dalam kehidupan sehari-hari. Di saat kejahatan merebak di masyarakat, pembersihan jiwa hendaknya dilakukan setiap insan Muslim. Oleh karenanya, mari bersihkan jiwa, mulai dari kita sendiri.
(Oleh: Ahmad Soleh)