Bismillaahirrahmaanirrahiim.
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Dalam Quran Surah Ali Imran ayat 14, Allah SWT berfirman, “Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).”
Manusia adalah makhluk sempurna. Kesempurnaan itu terletak karena selain proses penciptaannya yang sungguh Maha Luarbiasa, manusia dibekali hawa nafsu yang tidak Allah berikan kepada makhluk selain manusia.
Dengan pembekalan hawa nafsu itulah manusia mengalami proses belajar panjang, bagaimana agar bisa mengendalikan hawa nafsu, keinginan yang menggebu, atau hasrat yang jika dituruti akan semakin tak menentu. Jika keinginan-keinginan tersebut terus diikuti, maka yang akan merugi adalah diri kita sendiri.
Allah menjabarkan dalam surah di atas, bahwa dari keinginan tersebutlah dijadikan indah oleh-Nya semata-mata bukan untuk membuat manusia itu sulit. Namun untuk terus belajar apakah manusia itu sanggup menahan dirinya dari beberapa keinginan tersebut.
~ Pertama, Wanita.
Keinginan tingkatan pertama manusia adalah wanita. Menurut Syekh Nawawi, Allah menyebutkan dalam ayat ini secara khusus karena kesenangan terhadap wanita (bagi laki-laki) adalah keinginan terberat dalam hidupnya. Begitu pun sebaliknya. Ketertarikan pada lawan jenis adalah fitrah setiap manusia yang jika tidak dikendalikan, maka perasaan atau hasrat untuk mendapatkan seorang wanita dengan tidak melalui jalur-jalur syariat Allah, akan berdampak buruk bagi manusia tersebut. Sekuat apa pun hasrat untuk memiliki dan menghalalkan seorang wanita, tetap yang harus diutamakan sesuai tuntunan Allah dan Rasul adalah iman dan islamnya. Dalam hadits Rasulullah Saw yang sering kita didengar disebutkan, “Dunia adalah perhiasan. Dan sebaik-baik perhiasan adalah perempuan shalihah,”
~ Kedua, Anak-anak.
Keinginan tingkatan kedua adalah (memiliki) anak-anak. Setelah Allah memberikan pasangan hidup, hasrat manusia adalah ingin mempunyai penyejuk hati, penerus keturunan, yaitu anak. Dalam ayat ini, Allah menggunakan bentuk jamak yakni banin yang bermakna anak-anak, yaitu lebih dari satu. Namun, jika keinginan tersebut hanya sebatas hasrat, tidak pada niat dan tekad kuat untuk mendidik mereka, maka akan menjadi sesuatu yang berbahaya pula.
~ Ketiga, Harta yang banyak.
Keinginan ketiga ialah harta yang melimpah baik emas maupun perak. Keinginan untuk memiliki harta yang melimpah adalah keinginan dasar bagi manusia, emas dan perak masuk dalam kategori keinginan keempat karena sejak zaman dulu, hingga saat ini, manusia pada umumnya mengidamkan keduanya.
~ Keempat, Kuda pilihan.
Jika zaman saat diturunkannya ayat ini kuda sebagai icon keinginan yang sangat didambakan oleh masyarakat kala itu, maka kuda disini, menurut KH Muslih Abdul Karim, diartikan sebagai kendaraan yang dalam konteks kekinian dapat disejajarkan dengan mobil, motor, atau lainnya yang dapat mempermudah seseorang untuk menempuh perjalanan tanpa harus lelah berjalan kaki.
~ Kelima, Binatang ternak.
Binatang ternak yang dimaksud dalam ayat ini sejenis unta, sapi, kambing, yang juga menjadi sebuah keinginan manusia untuk memilikinya. Sebab, memiliki ternak sapi, unta, maupun kambing adalah sebuah usaha yang juga menghasilkan uang yang dapat membuat si empunya lebih dekat dengan Allah melalui harta yang disedekahkannya, atau justru jauh dari Allah karena kufur atas ni’matNya.
~ Keenam, Sawah ladang.
Yakni pertanian berupa hasil sayur mayur, buah-buahan, dan lain sebagainya yang juga disebutkan dalam ayat ini sebagai keinginan yang didamba manusia baik untuk dimiliki maupun dinikmati hasilnya.
Ayat ini ditutup Allah dengan penegasan bahwa keenam hasrat duniawi di atas hanyalah kesenangan yang bersifat sementara, fana dan akan lenyap sedangkan yang kekal adalah surga Allah semata. Semoga kita termasuk orang-orang yang bersyukur dan merasa cukup atas apa yang Allah limpahkan. Aamiin.
(Oleh: Ina Salma Febriani)