Dalam tatanan berbangsa dan bernegara, fluktuasi nilai tukar (mata uang) menjadi problem serius yang mengancam. Melemahnya nilai tukar membuat stabilitas ekonomi, politik, sedikit goyah. Jika tidak ditangani dengan cepat, tentu akan menjadi krisis multidimensi. Pada akhirnya, negara dalam ambang kebangkrutan.
Fenomena fluktuasi berlaku juga dalam kaidah keimanan. “Iman itu bertambah dan berkurang,” sabda Rasulullah SAW. Iman itu fluktuatif, kadang naik, kadang turun, menguat dan melemah, pasang dan surut. Iman akan bertambah dengan tha’ah dan berkurang dengan maksiat.
Fenomena melemahnya keimanan diindikasikan dengan kelesuan dalam melakukan setiap bentuk ketaatan. Malas beribadah, malas membaca Al Quran, malas berinfak dan berzakat, merasa berat datang ke majelis ilmu, berat untuk berbuat kebaikan.
Pendeknya, lemah iman telah membuat hati dan jiwa kehilangan antusiasme beramal. Pada saat yang sama, gelora untuk berbuat yang tidak baik semakin menguat. Sebab, lemah iman akan menjadikan hati dan jiwa rentan terhadap segala bentuk dan perilaku maksiat.
Rasulullah SAW bersabda, "Tidaklah seorang pezina itu berzina, ketika ia memiliki kesempurnaan iman. Dan tidaklah seorang pencuri itu mencuri, ketika ia memiliki kesempurnaan iman serta tidaklah seseorang itu meminum khamr, ketika ia memiliki kesempurnaan iman. Sedangkan pintu tobat masih terbuka setelah itu." (HR Muslim)
Dampak dari melemahnya keimanan tentu jauh lebih dahsyat dari sekadar melemahnya nilai mata uang. Lemah iman tak hanya menyengsarakan di dunia, tapi juga di akhirat kelak. Imbas melemahnya keimanan tak hanya mengantarkan bangsa dan negara pada ambang kebangkrutan, tapi juga kehancuran.
Kesadaran akan ancaman ‘fluktuasi keimanan’ haruslah menjadi hal penting dalam keberislaman kita. Kemungkinan berkurangnya iman seharusnya membuat kita lebih serius dalam menjaga, merawat, dan memperhatikan perkembangan keimanan.
Bahkan, harus jauh lebih serius dibanding perhatian yang diberikan untuk fisik atau jasad. Rasulullah SAW berkali-kali mengingatkan kita untuk senantiasa memperbarui keimanan. "Perbarui iman kalian," sabdanya.
Tajdidul iman (memperbarui keimanan) bukan berarti mengulangi keislaman dengan menganggap keislaman atau keimanan yang lalu batal. Tajdidul iman lebih tepat adalah merupakan sebuah bentuk kompensasi kita, usaha kita untuk menjaga kestabilan iman, mengontrol kadar iman yang dimiliki sekaligus meningkatkan kualitasnya.
Ada beberapa sebab yang dapat mendongkrak kadar keimanan seseorang sehingga kerja dari tajdidul iman-nya menjadi lebih terarah. Pertama, banyak berzikir. Kedua, tilawah Al Quran. Ketiga, menadaburi dan menafakuri ayat-ayat Allah. Kegiatan ini bisa menjadi media taqarub kepada Allah sekaligus meningkatkan kadar iman. Keempat, bergaul dan menyertai orang-orang saleh. Ini bisa dilakukan dengan menghadiri majelis ilmu, majelis zikir, menjalin silaturahim, atau mungkin dengan mem-follow akun-akun yang bisa memberi manfaat, pencerahan, nasihat, dan tausiah.
Wallahu a’lam.
(Oleh :
Imanuddin Kamil)
Artikel Lainnya
Kunci Kebahagiaan Menurut Islam
Sudah pasti, tak satu pun manusia menginginkan kesengsaraan. Sebaliknya, seluruh manusia mendambakan kebahagiaan. Tetapi, dunia adalah pentas yang Allah sediakan untuk melihat bagaimana perilaku m ... readmore
Sabar Menjadi Kekuatan Dalam Segala Hal
Dalam medan apa pun, selalu dibutuhkan hadirnya orang-orang yang
sabar. Membangun gedung, merawat tanaman, mendidik anak, mengembangkan
usaha, membina masyarakat, hingga mengelola negara, berl ... readmore
Definisi Memakmurkan Masjid
Rasulullah saw bersabda, ''Apabila kamu melihat seseorang biasa pergi ke masjid maka saksikanlah ia benar-benar beriman.'' (HR Ahmad, Ibnu Majah, Ibnu Huzaimah, Ibnu Hiban, dan Tirmidzi). Sabda ... readmore
Awal yang Menentukan Kesuksesan
Syawwal
telah terbit, selesai sudah pembinaan Allah kepada hamba-hamba-Nya.
Meskipun tidak dari nol tapi yang terjadi adalah kelahiran kembali “ka yaumin waladathu ummuh” (seperti ... readmore
Dahsyatnya Dua Kalimat Syahadat
Hampir bisa dipastikan, semua Muslim mengetahui atau setidaknya pernah mendengar kisah teladan seorang budak hitam, tapi terhormat di mata Rasulullah SAW. Dialah Bilal bin Rabah, seorang sahabat d ... readmore
Karakteristik Hamba Beriman
Sahabat shalehku, sungguh karekteristik hamba beriman setelah
disibukkan dengan ibadah dan dakwah adalah muhasabah diri. Cita citanya
adalah wafat dalam keadaan terbaik, husnul khotimah, karen ... readmore
Title : Sebab Akibat Melemahnya Iman
Description : Dalam tatanan berbangsa dan bernegara, fluktuasi nilai tukar (mata uang) menjadi problem serius yang mengancam. Melemahnya nilai tukar ...