Hari berganti hari, masa berganti masa detik berganti detik. Hidup
adalah sebuah ketidak pastian, namun perpindahan adalah suatu hal yang
pasti. Cobaan datang mendera bertubi tubi, entah itu nikmat atau
musibah. Semua adalah sepaket ujian yang telah Allah siapkan untuk kita
sebagai fitrah kita manusia.
Bila dianalogikan layaknya sebuah
baja. Agar menjadi baja yang bagus dan bernilai pun harus ditempa dan di
panaskan berkali kali agar menjadi besi yang amat berharga dan bernilai
jual. Begitu pula kita, manusia, perlu di uji berkali kali agar mental
menjadi lebih kuat dan derajat kita semakin meningkat di sisi Allah
SWT.
Mukmin yang kuat, tak akan terpental hanya karena pukulan
badai hidup yang menyerangnya. Ia akan segera bangkit dari keterpurukan
nya dan belajar untuk memperbaiki dan belajar dari kesalahan yang di
alaminya.
Kasih sayang Allah tidak selalu berwujud
kesenangan, melimpahnya harta, tercapainya segala keinginan, dan jauh
dari berbagai musibah. Justru bisa jadi sebaliknya. Orang yang
mendapatkan berbagai kesenangan itulah yang tidak dicintai-Nya. Orang
tersebut dibiarkan tenggelam dalam kesenangan dunia sampai tiba ajalnya.
Pada saat itu semua kesenangan dicabut dan diganti dengan berbagai
siksa yang mengerikan, baik ketika di kubur, di padang mahsyar, maupun
di neraka.
Jangan mengira pula bahwa nikmat yang di peroleh para
pelaku maksiat yang terus menerus tanpa musibah itu adalah rahmat dari
Allah, bisa jadi itu tipu daya Allah. Bisa jadi itu istidraj, dimana
Allah membiarkan hambanya memperoleh segala yang ia kehendaki sementara
adzab yang nyata telah menanti di akhirat kelak.
Sungguh celaka
orang yang bermain main dengan larangan Allah. Ia larut dan terlena oleh
nikmat dunia yang menipu lagi menjerumuskan. Sungguh beruntunglah orang
orang yang bersabar menerima musibah dan memahami hakikat bahwa musibah
itu pada dasarnya adalah sebuah proses untuk menghapuskan dosa dosanya.
“Apabila Allah menghendaki hamba-Nya mendapatkan kebaikan maka
Allah segerakan baginya hukuman di dunia. Dan apabila Allah menghendaki
keburukan untuknya maka Allah akan menahan hukumannya sampai akan
disempurnakan balasannya kelak di hari kiamat.” (Terjemah hadits riwayat
Muslim)
Setiap musibah sudah digariskan dan ditentukan oleh sang
Pencipta yaitu Allah SWT. Manusia tidak akan pernah tahu kapan ajal
akan menjemput karena itu merupakan sebuah ketetapan dari Allah yang
tiada mengetahui kecuali Allah semata.
Adakalanya musibah
merupakan sebuah ujian dari Allah SWT dan adakalanya pula musibah
tersebut merupakan teguran atau bahkan laknat/adzab dari Allah SWT.
Musibah bisa menjadi peluang koreksi batin. Boleh jadi kesulitan itu
bersumber dari diri sendiri. Kita sendiri yang mengundang permasalahan.
Dosa-dosa menutup kita dari kasih sayang Allah. Kesalahan-kesalahan yang
kita perbuat baik terhadap Allah maupun terhadap manusia.
Musibah
kadang datang untuk memperingatkan kita, sedikit mencubit kita, agar
segera tersadar dan kembali ke jalan Allah setelah beberapa waktu
tersesat. Awalnya hanya cubitan kecil. Jika kita tidak juga merasa,
kemudian diingatkan dengan dipukul sedikit keras.
Jika tidak
terasa juga kemudian dipukul dengan tenaga yang lebih besar. Bukankah
kadang seseorang harus disentak atau ditendang agar tidak terperosok ke
dalam jurang yang dalam. Karena toh sakit akibat jatuh ke dalam jurang
jauh lebih fatal dibanding sakit akibat ditendang atau disentak untuk
mengingatkan, membuat kita bertafakkur, mengistirahatkan hati sejenak
dan merenungi dimana kah letak kesalahan kita.
Sebagaimana
terdapat dalam firman Allah surah an-nisa ayat 79 yang artinya: "Apa
saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah,dan apa saja bencana
yang menimpamu,maka dari (kesalahan)dirimu sendiri...(QS An-Nisaa :79)
Kala
musibah sebagai ujian yang diberikan oleh Allah kepada hamba-Nya maka
setiap ujian ini akan disesuaikan dengan tingkat ketakwaan seorang hamba
tersebut. Sudah barang tentu manusia yang paling bertakwa akan diuji
dengan ujian yang semakin berat sesuai dengan tingkatan dan kadar iman
serta takwanya kepada sang Kholiq Robbul ‘Izzati.
Seperti halnya
seorang yang masih dalam bangku sekolah setiap level atau jenjang
pendidikan memiliki instrumen ujian yang berbeda berdasarkan tingkatan
jenjang pendidikan tersebut. Ujian siswa anak Sekolah Dasar (SD) akan
berbeda tingkat kesukarannya dengan ujian siswa Sekolah Menengah Atas
(SMA), demikian halnya dengan ujian dalam kehidupan ini pasti ada
tingkatan atau level.
Selain sebagai sebuah ujian, terkadang
musibah merupakan suatu teguran dari Allah SWT atas perbuatan yang
dilakukan oleh manusia yang cenderung melakukan hal-hal yang menjurus
pada sebuah kemaksiatan atau kemungkaran. Bahkan yang lebih mengerikan
lagi apabila musibah tersebut merupakan suatu adzab yang diberikan Allah
kepada hamba-Nya yang tentunya adalah hamba yang ingkar, kufur, dan
melanggar perintah agama.
Terkait dengan hal tersebut wajib
percaya bahwa segala sesuatu yang telah terjadi dan yang akan terjadi,
semuanya itu, menurut apa yang telah ditentukan dan ditetapkan oleh
Tuhan Allah, sejak sebelumnya (zaman azali). Jadi segala sesuatu itu
(nasib baik dan buruk) sudah diatur dengan rencana-rencana tertulis atau
batasan-batasan yang tertentu.
Tetapi kita tidak dapat
mengetahuinya sebelum terjadi. Rencana sebelumnya itu Qadar atau Takdir.
Namun kalau kita bisa menerima dengan ikhlas atas ketetapan-Nya,Insya
Allah kita akan terhindar dari perasaan frustasi dan putus asa karena
seseorang yang putus asa akan sendirian di dunia ini dan tidak mempunyai
jalan keluar. Sungguh tidak pantas lagi jika ada musibah yang
sebenarnya akan meninggikan kita, justru kita menghujat Allah,
mengeluhkannya, membenci Allah.
Mulai sekarang mari kita ubah
persepsi kita. Apakah yang akan menimpa kita, entah nikmat atau musibah,
kita hadapi dengan ikhlas, ridha karena semuanya adalah kasih sayang
dari Allah untuk meninggikan kita. Dan mari kita syukuri dengan sikap
sabar dan syukur. Bersyukur dengan semua potensi di jasad dan jiwa kita
yang Allah karuniakan, dengan mengabdi sebaik-baiknya, bertaqwa kepada
Allah dengan taqwa yang sebenarnya, menjalankan Islam secara kaaffah.
Insya Allah.
"....Boleh jadi kamu membenci sesuatu,padahal ia
amat baik bagimu,dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu,padahal ia
amat buruk bagimu,Allah mengetahui,sedang kamu tidak mengetahui."(QS
Al-Baqarah:216)
(Oleh : Syarifah SPd)