Bismillaahirrahmaanirrahiim.
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Diceritakan oleh Ubadah bin Shamith, suatu ketika Rasulullah SAW berada di tengah-tengah para sahabatnya, dan beliau bersabda, “
Jual
belilah kalian kepadaku dengan tidak menyekutukan Allah, tidak mencuri,
tidak berzina, tidak membunuh anak-anakmu, tidak melakukan kebohongan
yang kalian sertai dengan kaki dan tanganmu, tidak bermaksiat dalam
kebaikan, siapa saja yang menepati hal ini maka Allah akan memberinya
pahala. Dan, siapa saja yang tidak melakukannya maka akan diazab di
dunia dan dia akan kafir. Tetapi, siapa yang telah melakukannya dan
benar maka Allah akan menutupinya. Itu semua kembali kepada Allah.
Beliau lebih berhak mengazab dan memaafkan.”
Maraknya
dekadensi moral saat ini sangat jauh dari pesan yang disampaikan
Rasulullah SAW seperti bunyi hadis di atas. Yang dapat dipetik dari
riwayat Ubadah adalah ada beberapa tindakan yang digarisbawahi karena
dampak negatifnya sangat besar dan membahayakan.
Allah SWT juga berfirman dalam QS al-Isra 31-37. Kemudian Allah menutupnya dengan berfirman, “
Dan semua kejahatan yang telah disebutkan merupakan perbuatan yang paling dibenci oleh Allah.” (QS Al-Isra 38).
Tetapi,
sangat biasa bagi umat Islam menemui tragedi kejahatan sebagaimana yang
telah terlarang. Semua ini mengindikasikan tindakan kotor yang sangat
ditakuti umat Islam justru menjadi suatu perkara lumrah dan telah biasa
dilakukan oleh orang Muslim sendiri.
Bahkan, tidak malu-malu ketika tertangkap membunuh, mencuri, atau berzina. Mereka berusaha mengelak dengan membawa nama Allah.
Tindakan
tersebut tidak jauh berbeda dengan langkah Fir’aun ketika dia telah
tersudut dalam kekalahannya menghadapi kebenaran yang dibawa Musa AS.
Allah SWT berfirman, “
Dan
kami selamatkan Bani Israil melintasi laut, kemudian Fir’aun dan bala
tentaranya mengikuti mereka, untuk menzalimi dan menindas Bani Israil.
Ketika Fir’aun hampir tenggelam dia berkata, ‘Aku percaya bahwa tidak
ada tuhan melainkan Tuhan yang dipercayai oleh Bani Israil, dan aku
termasuk orang Muslim’.” (QS Yunus 90).
Tenggelam merupakan
suatu contoh cobaan berbahaya yang tak satupun orang dapat mengingkari.
Namun, intisari yang dapat dijadikan pelajaran adalah bagaimana Allah
tidak menerima taubat Fir’aun, padahal telah bertaubat sebanyak tiga
kali dalam redaksi di atas.
Imam Fakruddin Arrazi menguraikan
beberapa alasan, di antaranya karena taubat dalam keadaan terpaksa
ketika ketetapan telah datang.
Fir’aun menjadi salah satu sosok
yang dijadikan contoh dalam Alquran dengan membawa karakter yang senonoh
dan pada akhir hayatnya ingin kembali kepada Tuhan. Namun, Allah
menjadikan keinginan Fir’aun berbalik karena dampak dari perbuatannya
yang ingkar dengan kebenaran.
Allah SWT berfirman, “
Keadaan
mereka seperti pengikut Fir’aun dan orang-orang sebelum mereka yang
mendustakan ayat-ayat Kami. Allah menyiksa mereka karena dosa-dosanya.
Allah sangat berat hukuman-Nya.” (QS 3:10).
Yang dapat
dipetik dari tulisan di atas adalah karakter Fir’aun yang dijadikan
objek dalam Alquran kini semakin tampak kentara melingkupi perilaku
Muslim.
Wallahu a’lam.
(Oleh: Khoirul Anwar Afa)