“Saya
mendengar Rasulullah bersabda, ‘Puasa adalah perisai selama yang
bersangkutan tidak merusak’. Lalu ada yang bertanya, ‘Dengan apa
merusaknya?’ Jawab Rasulullah SAW. ‘Dengan berbohong atau bergunjing.” (Hadis Riwayat Abi Ubaidah RA)
Belum lama seorang kawan datang ke rumah. Dalam perbincangan santai, dia mengeluhkan, mengapa saat ini kejujuran menjadi hal yang paling sulit ditemukan. Sehingga menurut si kawan itu, kejujuran menjadi sesuatu yang sangat mahal dan berharga.
Tidak
salah kawan tersebut mengeluhkan hal tersebut. Mungkin kita sedikit
sepakat bahwa saat ini sedikit sulit mencari orang-orang yang memegang
teguh nilai-nilai kejujuran; jujur dalam berkata dan jujur dalam
bertindak.
Namun
tidak adil juga jika kita terus mengkritisi hingga memprotes terhadap
kondisi. Mengubah masyarakat agar menjadikan nilai-nilai kejujuran dalam
jujur berkata dan bertindak memang perkara mudah. Namun jika terus
mengkritisi dan memprotes keadaan juga bukan suatu tindakan yang bijak.
Bulan
Ramadan bisa menjadi moment penting untuk mengasah kejujuran perkataan
dan tindakan. Lantaran puasa menjadi ibadah istimewa, maka puasa bisa
menjadi langkah awal untuk meningkatkan rasa kejujuran.
Kita
dapat saja makan dan minum seenak kita di tempat tempat yang tertutup
dan sunyi yang tidak terlihat oleh siapapun. Akan tetapi karena kita
sedang berpuasa maka kita, dalam kondisi apapun dan dalam cuaca apapun
tidak akan mau melakukan perbuatan makan dan minum tersebut, walaupun
tidak ada orang lain yang melihat. Kejujuran hati kitalah yang akan mengatakan “pasti Allah SWT melihat apa apa yang kita kerjakan”.
Karena orang yang berpuasa sadar betul bahwa ia sedang dilatih
semua aktivitasnya pasti diketahui dan lihat oleh Allah SWT. Apabila
kesadaran ketuhanan ini telah terbangun serta menjelma dalam diri
seseorang melalui training dan didikan puasa, maka Insya Allah akan
terbangun dan terbentuk sifat yang amat mulia yakni “kejujuran”
Kejujuran
adalah dasar dari kehidupan keluarga, masyarakat, dan bangsa. Kejujuran
adalah prasyarat utama pertumbuhan dan perkembangan masyarakat yang
berlandaskan prinsip saling percaya, kasih sayang, dan tolong menolong.
Kejujuran adalah inti dari akhlak yang merupakan salah satu tujuan dari
diutusnya Rasulullah oleh Allah SWT. (Innama buitstu liutammima
makaarial akhlaq).
Seorang
ulama menyatakan bahwa hakikat kejujuran ialah mengatakan sesuatu
dengan jujur di tempat (situasi) yang tidak ada sesuatu pun yang menjadi
penyelamat kecuali kedustaan.
Secara psikologis, kejujuran akan mendatangkan ketentraman jiwa. Sebaliknya seseorang yang tidak jujur pasti tega melakukan perbuatan serta menutupi kebenaran.
Ketidakjujuran akan selalu meresahkan masyarakat, yang pada gilirannnya akan mengancam
stabilitas sosial. Ketidakjujuran selalu akan melahirkan kepada
ketidakadilan, disebabkan karena orang yang tidak jujur akan tega
menginjak-injak keadilan demi keuntungan material pribadi atau
golongannya saja.
Kejujuran
juga akan melahirkan penghargaan terhadap hak hak orang lain. Sebab
kejujuran sebagaimana yang telah kita uraikan diatas juga akan
menumbuhkembangkan kecintaan terhadap kebenaran, keadilan dan
kedisiplinan.
Namun
kejujuran tidak akan datang begitu saja, tetapi harus diperjuangkan
dengan sabar dan sungguh-sungguh. Seorang ulama menegaskan bahwa ada
beberapa faktor yang dapat membantu kita dalam mencoba meraih kejujuran.
Pertama,
akal yang wajib memandang buruk kedustaan apalagi jika kedustaan itu
sama sekali tidak mendatangkan kemanfaatan dan tidak mencegah bahaya.
Kedua, agama dan syariat yang memerintahkan untuk mengikuti kebenaran dan kejujuran serta memperingatkan bahaya kedustaan.
Ketiga, kedewasaaan diri kita yang menjadi salah satu faktor pencegah kedustaan dan kekuatan pendorong menuju kebenaran.
Keempat,
memperolah kepercayaan dan penghargaan masyarakat. Ada sebuah kata
mutiara; “Jadikanlah kebenaran (al Haq) sebagai tempat kembalimu
(rujukanmu), kejujuran segai tempat pemberangkatanmu, sebab kebenaran
adalah penolong paling kuat dan kejujuran adalah pendamping utama”.
Kita
hanya bisa mengatakan bahwa kita telah menang dalam menjalani ibadah
puasa Ramadhan kalau kita mampu mengubah perilaku di dalam kehidupan
keseharian kita selama sebelas bulan ke depan. Dari yang tidak jujur
menjadi jujur, dari yang serakah menjadi suka berbagi, dan dari yang
sombong menjadi rendah hati.
(Oleh Dr HM Harry M Zein)
Title : Puasa dan Gerakan Kejujuran
Description : “Saya mendengar Rasulullah bersabda, ‘Puasa adalah perisai selama yang bersangkutan tidak merusak’. Lalu ada yang bertanya, ‘Deng...