Bismillaahirrahmaanirrahiim.
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Ada seorang syekh melihat seorang anak berwudhu di tepi sungai sambil
menangis. Syekh tersebut bertanya, “Wahai anak, mengapa engkau
menangis?”
Anak tersebut menjawab, “Saya membaca ayat Al Quran, hingga sampai
ayat: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu
dari api neraka.” (QS At-Tahrim [66]: 6). Saya takut, jangan-jangan
Allah memasukkan saya ke neraka.”
Syekh tersebut berkata, “Wahai anak kecil, kamu tidak akan disiksa,
karena kamu belum baligh, jangan merasa takut, kamu tidak berhak
memasuki neraka.”
Anak kecil tersebut menjawab, “Wahai syekh, engkau adalah orang yang
pandai, tidakkah syekh tahu bahwa seorang yang menyalakan api untuk satu
keperluannya itu memulai dengan kayu-kayu yang kecil baru kemudian yang
besar.”
Seraya menangis seorang syekh tersebut berkata, “Anak ini lebih takut kepada neraka daripada saya.”
Itulah gambaran kelembutan hati seseorang yang dibingkai dengan iman.
Seorang yang betul-betul beriman dan senantiasa bertambah keimanannya
akan semakin peka dan mudah merasai sesuatu, karena semua perkara akan
dilihat dari kehendak-kehendak Allah, bukan dari kehendak-kehendaknya.
Seorang yang beriman kepada Allah pasti akan sedih apabila tidak
dapat bersedekah karena tidak memiliki harta, akan takut apabila azab
akan menimpa dirinya sewaktu-waktu, akan bersedih bila tidak mampu
membantu orang-orang yang susah, akan meneteskan air mata kesedihan
apabila melihat anak-anak yang terlantar, akan harap apabila nanti
dimasukkan ke dalam surga, akan gembira apabila imannya terus kekal
hingga ke penghujung usia, dan begitu seterusnya.
Rasulullah SAW pernah bersabda, “Demi Allah, seandainya kamu
mengetahui apa yang aku ketahui niscaya kamu akan sedikit tertawa dan
akan banyak menangis.” (HR Tirmidzi).
Seorang Tabi’in pernah berkata, “Siapa diberi ilmu dan tidak
membuatnya menangis maka lebih baik baginya untuk tidak diberi ilmu,
karena Allah telah menerangkan bahwa sifat orang yang berilmu itu adalah
menangis.” (HR Ad-Daraami).
Oleh karena itu, Rasulullah SAW menjelaskan bahwa orang yang takut
kepada Allah (karena kelembutan hatinya) adalah orang-orang yang
berilmu, sebagaimana firman Allah SWT, “Sesungguhnya yang takut kepada
Allah di antara hamba-hamba-Nya hanyalah ulama (orang-orang yang
berilmu).” (QS Fathir [35]: 28).
Wallahu a’lam.
(Oleh: Imam Nur Suharno MPdI)